MAKALAH
KARAKTERISTIK ZUHUD ISLAM PADA ABAD
I DAN II HIJRIYAH
Dosen Pengampu : Dr. M. Saleh Ending , MA.
OLEH
NAMA NIM
1.
ANDARI
FILNA JESIKA 160103068
2.
M.
ZAINUDDIN TSANI 160103077
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Karakteristik Zuhud Islam pada
Abad I ”, yang mana makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akhlak
Tasawuf.
Adapun yang kami bahas dalam makalah ini
yaitu ciri – ciri zuhud dalam berbagai aliran dan karakteristik zuhud pada abad
I dan II Hijriyah.
Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Mataram, 3 Oktober 2017
DAFTAR
ISI
Ø KATA
PENGANTAR.……………………………………………./........................1
Ø DAFTAR
ISI….…………………………………………………………................2
Ø BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah ……………….…………….…........3
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………….….......3
1.3 Tujuan
Pembelajaran ………………………………….…..…3
Ø BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Ciri – cirri Zuhud dalam Berbagai
Aliran….…………………4
2.2 Karakteristik Zuhud Islam pada Abad
I dan II Hijriyah…...…4
Ø BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………..7
3.2 Saran ……………………………………………………........7
Ø DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Zuhud
merupakan salah satu akhlak terpuji (akhlâqul-mahmûdah) dalam Islam.
Terutama dalam ilmu tasawuf-akhlak, zuhud menempati posisi penting sebagai
salah satu tahapan ruhani yang harus dilalui oleh seorang Salik menuju
Tuhannya. Zuhud sebagai bagian dari akhlak terpuji karena mempunyai pengertian
sebagai sikap yang kurang mementingkan persoalan keduniawian atau tidak mau
terikat dengan dunia. Orang yang berzuhud maksudnya dia mampu mengendalikan
kehidupannya dari pengaruh dan kepentingan dunia dengan mengutamakan
kepentingan akhiratnya untuk bekal hidup masa selanjutnya. Ia akan sibuk
diliputi oleh perbuatan-perbuatan yang cenderung mengarahkan dirinya semakin
dekat dengan kehidupan dan kebahagiaan akhirat.[1]
Zuhud
dalam islam menempati posisi sebagai maqam. Dalam posisi ini ia berarti
hilangnya kehendak, kecuali berkehendak untuk untuk bertemu dengan Tuhan. Dunia
dianggap penghalang (hijab) bertemunya seseorang dengan Tuhan dan karena itu ia
dianggap sesuatu yang berlawanan arah (dikotomi) dengan-Nya. Dalam kaitan ini
zuhud itu bersifat doctrinal dan historis.[2] Banyak
sekali sahabat-sahabat yang mempraktekkan perilaku hidup zuhud dan
kesederhanaan dalam kesehariannya. Sebagai contoh misalnya Umar bin Khattab yang
sangat konsisten membedakan mana kepentingan dunia dan akhirat, sehingga ia
hidup dalam kesederhanaan dalam urusan dunia dan giat meningkatkan ibadah yang
berkaitan dengan masa depan akhiratnya
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja karakteristik
atau ciri – cirri dari zuhud islam pada abad I dan II kedua hijriah ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui ciri –
ciri zuhud dalam lintasan perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri
– ciri Zuhud dalam Berbagai Aliran
·
Aliran
Madinah
Aliran Madinah ini
lebih cenderung pada pemikiran angkatan pertama kaum muslimin (salaf), dan
berpegang teguh pada zuhud serta kerendah hatian Nabi Muhammad Saw. Selain itu
aliran ini tidak begitu terpengaruh perubahan-perubahan sosial yang berlangsung
pada masa dinasti Umayyah, dan prinsip-prinsipnya tidak berubah walaupun
mendapat tekanan dari Bani Umayyah. Dengan begitu zuhud aliran ini tetap
bercorak murni Islam dan konsisten pada ajaran-ajaran Islam.
·
Aliran
Bashrah
Corak yang menonjol
dari para zahid Bashrah ialah zuhud dan rasa takut yang berlebih-lebihan. Dalam
hal ini Ibn Taimiyah berkata : “Para sufi pertama-tama muncul dari Bashrah.
Yang pertama mendirikan khanaqah para sufi ialah sebagian teman Abdul Wahid ibn
Zaid, salah seorang teman Hasan al-Bashri. Para sufi di Bashrah terkenal
berlebih-lebihan dalam hal zuhud, ibadah, rasa takut mereka dan lain-lainnya,
lebih dari apa yang terjadi di kota-kota lain” Menurut Ibn Taimiyyah hal ini
terjadi karena adanya kompetisi antara mereka dengan para zahid Kufah.
·
Aliran
Kufah
Aliran ini bercorak
idealistis, menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, hal-hal image dalam puisi, dan
harfiah dalam hal hadis. Dalam aqidah mereka cenderung pada aliran Syi’ah dan
Rajaiyyah. dan ini tidak aneh, sebab aliran Syi’ah pertama kali muncul di
Kufah.
·
Aliran
Mesir
Aliran ini bercorak
salafi seperti halnya aliran Madinah.
2.2 Karakteristik
Zuhud Pada Abad I dan II Hijriah
Menurut Abu
Al - Wafa karekteristik zuhud Islam pada abad I dan II hijriah sebagai berikut:
1. Zuhud
ini berdasarkan ide menjuahkan diri dari dunia menuju akhirat yang
berakar pada nash agama, yang dilatar belakangi oleh sosio-politik, coraknya
bersifat sederhana, praktis (belum berwujud dalam sistematika dan teori
tertentu ), tujuannnya untuk meningkatkan moral.
2. Masih
bersifat praktis dan para pendirinya tidak menaruh perhatian untuk menyusun
prinsip-prinsip teoritis atas kezuhudannya itu. Zuhud ini mengarah pada tujuan
moral.
3. Motivasi
zuhud ini ialah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan amal
keagamaan secara sungguh-sungguh. Sementara pada akhir abad kedua Hijriyyah,
ditangan Rabi’ah al-Adawiyyah, muncul motivasi cinta kepada Allah, yang bebas
dari rasa takut terhadap adzab-Nya.
4. Menjelang
akhir abad II Hijriyyah, sebagian zahid khususnya di Khurasan dan pada Rabi’ah
al-Adawiyyah ditandai kedalaman membuat analisa, yang bisa dipandang sebagai
fase pendahuluan tasawuf atau sebagai cikal bakal para sufi abad ketiga dan
keempat Hijriyyah. Al-Taftazani lebih sependapat kalau mereka dinamakan zahid,
qari’ dan nasik (bukan sufi). Sedangkan Nicholson memandang bahwa zuhud ini
adalah tasawuf yang paling dini.[3]
Dalam
perkembangan berikut, menurut R.A Nicholson, sebagian asketis generasi mutakhir
lebih dekat pada tasawuf, namun mereka tetap tidak keluar dari ligkup
asketisme. Sebab pada masa ini (maksud abad I dan II H) tidak seorang pun bisa
membedakan asketisme dengan tasawuf atau memisahkan keduanya. Bahkan banyak
kaum musliminyang menyebut diri mereka sebagai (apa yang kita maksud sekarang
dengan) kaum sufi (sampai abad ke-3 H, dimana selanjutnya mulai tampak
perbedaan jelas antara asketisme dengan tasawuf), padahal mereka sebenarnya
adalah para asketisme yang ditandai dengan sedikit tasawuf. Dengan begitu akan
lebih tepat kalau angkatan pertama para sufi itu dipandang sebagai bagian dari
gerakan asketisme.[4]
Pendapat
ini dicounter sendiri oleh Abu Wafa yang menurutnya para Asketisme tidak
terdapat karakteristik tasawuf, (kecuali satu saja, yaitu peningkatan moral).
Karena itu lebih tepatnya, hendaklah pada asketis muslim akhir abad ke-2 H
tidak dipandang sebagai sufi.[5] Dari
uraian di atas dapat diambil suatu catatan bahwa zuhud dalam Islam berkembang
pada abad ke I dan ke-2, setelah itu mulai abad ke-3 Hijriah zuhud sudah
menjadu bagian dari tasawuf (maqam).
Tokoh-tokoh zahid Mesir pada abad pertama Hijriyah diantaranya
adalah Salim ibn ’Atar al-Tajibi. Al-Kindi dalam karyanya, al-Wulan wa
al-Qydhah meriwayatkan Salim ibn ‘Atar al-Tajibi sebagai orang yang
terkenal tekun beribadah dan membaca al-Qur’an serta shalat malam, sebagaimana
pribadi-pribadi yang disebut dalam firmanAllah: ”Mereka sedikit sekali tidur di
waktu malam”. (QS. al-Dzariyyat, 51: 17). Dia pernah menjabat sebagai hakim
diMesir, dan meninggal di Dimyath tahun 75 H. Tokoh lainnya adalah Abdur-rahman
ibn Hujairah (w. 83 H.) menjabat hakim agung Mesir tahun 69 H.
Sementara
tokoh zahid yang paling menonjol pada abad II Hijriyyah adalah al-Laits ibn
Sa’ad (w. 175 H.). Kezuhudan dan kehidupannya yang sederhana sangat terkenal.
Menurut ibn Khallikan, dia seorang zahid yang hartawan dan dermawan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian tentang zuhud pada abad I dan II Hijriyyah dapat
disimpulkan bahwa zuhud pada masa itu mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Pertama, zuhud ini berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi, demi
meraih pahala akhirat dan memelihara diri dari adzab neraka. Ide ini berakar
dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah yang terkena dampak berbagai kondisi
sosial politik yang berkembang dalam masyarakat Islam ketika itu.
Kedua, bercorak praktis, dan para pendirinya tidak menaruh
perhatian buat menyusun prinsip-prinsip teoritis zuhud. Zuhud ini mengarah pada
tujuan moral.
Ketiga, motivasi zuhud ini ialah rasa takut, yaitu rasa takut yang
muncul dari landasan amal keagamaan secara sungguh-sungguh. Sementara pada
akhir abad kedua Hijriyyah, ditangan Rabi’ah al-Adawiyyah, muncul motivasi
cinta kepada Allah, yang bebas dari rasa takut terhadap adzab-Nya.
Keempat, menjelang akhir abad II Hijriyyah, sebagian zahid
khususnya di Khurasan dan pada Rabi’ah al-Adawiyyah ditandai kedalaman membuat
analisa, yang bisa dipandang sebagai fase pendahuluan tasawuf atau sebagai
cikal bakal para sufi abad ketiga dan keempat Hijriyyah. Al-Taftazani lebih
sependapat kalau mereka dinamakan zahid, qari’ dan nasik (bukan sufi).
3.2
Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga
tidak sesuai dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan
agar penulisan makalah selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut dapat penulis
perbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution,
Harun. 1990. Falsafah dan Mistisme Dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Syukur,
Amin. 2004. Zuhud di Abad Modern.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Syukur,
Amin. 2002. Menggugat Tasawuf.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Al Wafa
Taftazani, Al-Abu . 1970. Al Madkhal
ila al Tasawuf al Islami
.
Kairo : Dar al Saqafah
[1]
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, cet. 12, 1996), h. 50-52.
[2]
M. Amin Syukur , Zuhud di Abad Modern (
Yogyakarta : Pustaka Pelajar , cet.III, 2004 ), hlm. v
[4]
Al-Abu
al Wafa Taftazani, Al Madkhal ila al Tasawuf al Islami. ( Kairo : Dar al Saqafah , 1970 ), h.80
[5] Ibid, hal. 89 – 90
The Rise of the Casino: How Online Gambling Made the
BalasHapusCasino.com: 하남 출장마사지 The Rise of the 정읍 출장안마 Casino: How Online Gambling Made the Casino.com: 세종특별자치 출장마사지 The Rise of the Casino: How 진주 출장마사지 Online Gambling Made the Biggest Losses in U.S. 나주 출장안마 History.